Selasa, 13 November 2012

AMANAT AGUNG SEBAGAI PENUNJANG MISI ALLAH

2.6. MISI MENURUT PANDANGAN KAUM INJILI.

Menjadi masalah dalam pemahaman Sejarag Gereja bilamana Kaum Injili sebenarnya muncul. Ada yang menghubungkannya dengan Yesus dan Injil yang Ia beritakan , Yesus dilihat sebagai orang Injili yang asli dan murni. Ada juga yang mengjhubungkan dengan Lahirnya Gereja Protestan pada masa Reformasi, ketika mereka kembali kepada hidup Alkitab (Back to the Bible).Secara konsekwen tern “evangelical berhubungan dengan orang-orang Kristen yang secara benar mempunyai identifikasi dengan pergerakan Injili yang konserfatif. Ciri utama yang dilihat dari mereka ialah : Percaya sepenuhnya kepada kewibawaan Alkitab(Termasuk inerrancy-nya), pentingnya Iman pribadi dan kelahiran baru, yang memberikan kekuatan kepada pentingnya Pekabaran Injil Hanya dengan menyelidiki akar-akar sejarah dari kegerakan Injili dan institusi-institusinya kita dapat mengidentifikasi ketentuan umum diantara mereka yang memberikan ikatan yang kokoh diantara mereka.
I. The Evangelical Alliance, 1846.
Konperensi ini diselenggarakan dengan kesadaran yang mendalam dan kerinduan membentuk suatu Kofederasi, yang mempunyai dasar pada prinsip-prinsip agung kaum Injili, yang dimiliki Gereja Kritus dengan mengamalkan kasih persaudaraan, kerjasama Kristen, dan menawarkan hal-hal yang mereka bersama yakini menjadi Tugas mereka bersama, Konfederasi itu diberi nama : “The Evangelical Alliance.” Untuk memelihara kebersamaan, mereka merumuskan ‘pengakuan iman bersama mereka’ :
1. The divine inspiration, authority, and sufficiency of the Holy Scripture.
2. The right an duty of private judgement in the interpretation of the Holy Scripture.
3. The unity of the Godhead, and the Trinity of persons therein.
4. The utterdepravity of human nature in consequence of the fall.
5. The incarnation of the Son of God, His work of atoment for the sins of mankind, and His mediatorial intercession and reign.
6. The justification of sinner by faith alon.
7. The Work of the Holy Spirit in the conversion and sanctification of the sinner.
8. Th immortality of the soul, the resurrection of the body, the judgement of the world by our Lord Jesus Christ, with the eternal blessedness of the righteous, and the eternal punishment of the wicked.
9. The devine institution of the Christian ministry, and the obligation and perpetuity of ordinances of Baptism and the Lord’s Supper.
Pengakuan iman ini bukan sesuatu yang resmi, tetapi suatu ungkapan kerinduan untuk bersama mau bergabung sebagai kelompok Injili. Hal-ha lain yang belum ditulis dalam pengungkapan kepercayaan diatas tidak dianggap tidak penting!
Kegerakan kepada persatuan di dalam Gereja Kristus nampak telah makin jelas datang.
2. The World Missionary Conference, 1910.
Konperensi Misi Sedunia di Edinburgh, digerakan oleh utusan-utusan yang datang dengan kesadaran pesatuan rohani dan kebutuhan bersama untuk kerja sama yang lebih besar. Dari diskusi yang ada nampak bahwa kerja sama sudah berjalan terutama di Tiongkok, kerinduan yang kuat agar hal yang sedemikian lebih ditingkatkan.
John Releigh Mott adalah Ketua Komisi Persiapan untuk Koperensi Pekabaran Injil Sedunia di Edinburgh pada 1910. Ia menjadi tokoh utama dalam persidangan ini dan banyak memimpin persidangan-persidangan. Seletah Konperensi ini selesai dibantuklah Komisi Penerus (Continuation Committee) yang dipimpin oleh Mott hingga tahun 1920. Mott mempunyai kaitan yang erat dengan Dewan Pekabaran Injil Internasional (International Missionary Council) yang dibentuk pada tahun 1920. Mott menjadi ketua komite ini sampai tahun 1942. Dalam kedudukannya sebagai ketua itu ia memberi dorongan agar disetiap negara dibentuk Dewan Pekabaran Injil Nasional.
Dalam Masa Perang Dunia ke-2, Mott bersama YMCA(Young Men Christian Association) melayani pemuda-pemuda yang menjadi militer dan juga melayani para tawanan perang. Ia mendapat medali kehormatan dari Pemerintah USA karena palayanannya tersebut. Pada tahun 1948 Mott mendapat Hadiah Nobel untuk Perdamaian.
Konperensi Pekabaran Injil Sedunia di Edinburgh ini menjadi permulaan gerakan penyatuan antara gereja-gereja Protestan. Walaupun akhirnya dari sini muncul juga DGD, tetapi semangat bersama mula-mula berarah kepada kegiatan Misi Injil bagi dunia. Usaha membuat persekuan dan keseragaman Pengakuan Iman muncul dengan tujuan untuk sling mendekatkan diri. Komisi Faith and Order(Iman dan Tata Gereja) mulai pekerjaannya pada tahun 1920, mereka mengambil alih rumusan dari YMCA(1955) yang membuka diri dengan mengundang keterlibatan semua gereja : “yang menerima Yesus Kritus sebagai Allah dan Juruselamat”. Ada dua kelompok gereja-geraja yang muncul yanitu : bahwa Gereja merupakan himpunan orang yang dibawa “Alkitab” masuk kedalamnya, atau “pengakuan iman” yang dirumuskan gereja membawa orang masuk ke gereja. Nampaknya pada waktu itu kekuatan dan semangat dalam tugas PI gereja lebih dominan.
3. World Evangelical Fellowship (1951)
Kaum Injil mengadakan konperensi Internasional di Woudschoten (5-11 Agustus 1951), dihadiri oleh 91 delegasi dari 21 negara. Dalam Konperensi ini lahirlah “Persekutuan Injili Sedunia (World Evangelical Fellowship).Mereka berasal dari USA , Eropa dan Asia. Persekutuan Injil ini mempunyai akan didalam Aliansi Injili Sedunia (World Evangelical Alliance-1846) dan Asosiasi Nasional Kaum Injili (1942-USA)
Tujuan kuat Konperensi ini ialah membendung “liberalisme Teologi” di dalam Gereja. Mereka tidak mengusahakan “kesatuan” Gereja, tetapi menampakkan “kesatuan yang sudah ada di dalam Kristus sebagai TubuhNya”.
Perhatian utama konperensi ini ialah :
1. Misi yang harus dilakukan WEF.
2. Kepercayaan dasar Gereja yang merupakan dasar Misi.
3. Kewibawaan dan Kesempurnaan Alkitab. Dan perincian isi kepercayaan yang Alkitabiah..
Perhatian kuat juga diarahkan kepada kebutuhan akan pembaruan rohani di dalam Gereja, kerja sama dianatara Kaum Injili, dan memperkokoh dan mempertahankan isi iman yang Alkitabiah. Hal-hal yang disoroti : Penginjilan, Pelayanan Kristiani, Kebebasan Beragama, Kerjasama Misioner, Leteratur Kriten, Diskusi Theologis, dan Medi Masa seperti Radio dan Televisi.
Dalam Buku : “Christianity in Today’s World”, Waldon Scotrt membagi Kaum Injil ke dalam empat Kelompok besar :
1. Conservative Evangelicals, mereka yang bergabung dalam WEF. Sebagian dari mereka masih mempunyai keanggotaan DGD.
2. Fundamentalistis.Mereka sama sekali tidak bergabung dengan kelompok Kristen lain, hanya bersama, Kaum Injili.
3. Black Evangelicals. Semula hanya berpusat di USA, tetapi kemudian beberapa Gereja dari Afrika bergabung dengan mereka.
4. Sebagian besar aliran Pentakosta menyebut dirinya Injili (ada dari Karismatik yang tidak mengakui).
Kaum Injili tidak berjumlah banyak, tetapi mereka mewarnai kehidupan Kristen dengan kekudusan Perjanjian Baru, dan ketaatan mereka akan Alkitab tidak memberikan tempat kepada corak iman yang besifat relatifisme. Dalam era globalisasi dan pluralisme mereka tetap mempunyai Injil yang “Jelas”.
Beberapa kegiatan Kaum Injili yang memberi warna mereka dalam pelayanan Internasional :
1. Wycliffe Bible Translation. Berdiri sejak 1934, untuk melengkapi Misi Sedunia dengan terjemahan Alkitab.Pada 1985, m2r2 mempunyai 2500 misionaris yang akhli dalam penterjemahan Alkiatb. Mereka talah menterjemahkan dalam 3300 bahasa dan dialek bahasa. Pelayanan melalui Radio dan TV makin berkembang.
2. Kaum Injili berusaha mengembangakan Pertumbuhan Gereja sesuai dengan dinamisasi Alkitab. Berbagai penelitian dan pelayanan penginjilan dikerjakan bersama antara berbagai lembaga gerejawi.
The Lausanne Committee for World Evangelization dan The US Center of World Mission mendorong Gereja untuk melayani The Unreached Peoples.
3. Misi Dunia ke-3. WEF menolong para misionaris dari dunia ke-3, untuk bekerja sama secara efektif antara gereja dan lembaga gerejani, yang pada tahun 1985
berjumlah 32.500 orang, dan terus mengalami pertumbuhan pesat.
4. Komisi Sosial International yang berjuang untuk kesejahteraan umat manusia. lembaga- lembaga Sosial Injili seperti :
Tear Fund, World Vision dan World Relief.
5. Keseimbangan antara Aksi Sosial dan Penginjilan . Tanggung jawab sosial dan
Penginjilan mewujudkan pelayanan yang holistic, seperti pelayanan Tuhan
Yang mencakup manusia seutuhnya.
6. Kerja sama Injili yang Internasional makin berkembang dengan pesat. Penginjilan Billy Graham sangat menjadi berkat bagi pelbagai daerah di bumi ini.
Pandangan Peserta Kaum Injili sedunia di Lausanne tentang MISI terbagi menjadi tiga :
1. Sebagian peserta mempertahankan pemahaman tradisi bercorak Fondamentalistis dengan berkeyakinan bahwa satu-satunya Tugas Gereja adalag Penginjilan se Dunia.
2. Pandangan Kaum Injili yang Moderat ialah bahwa Penginjilan dan Kepedulian Sosial merupakan tugas Gereja yang seimbang, walaupun dalam prioritasnya Penginjilan yang Proklamatis yang diutamakan.
3. Kelompol yang menamakan dirinya : “Radical Discipleship”, menyetakan bahwa Penginjilan dan Tanggung-jawab social merupalan Tugan Gereja, tanpa memprioritaskan salah satu.
Dalam Penulisan dan Ceramah nampak orang yang mewakili ketiga kelompok sbb.
1. Donald McGavran(The Dimensions of World Evaangelization) dan Peter Beyer haus (World Evangelization and Kingdom of God)
2. John Stott (The Biblical Basis of Evangelism).
3. Rene Padilla (Evangelism in the World) , Samuel Escobar(Evangelism and Man’s Search for Freedom, Justice and Fulfillment) dan Howard Snyder (The Church and God’s Agent in Evangelism).
John Stott adalah tokoj Injil yang sangat penting di dalam merumuskan Penginjilan dan Misi, Penginjulan bukan Misi tetapi merupakan suatu bagian yang hakiki dari Misi Gereja. Misi yang mempunyai Penginjilan sebaga ujung tombaknya harus memberitakan Yesus Kristus, yang telah mati dan bangkit untuk umat manusia sesuai dengan seluruh Alkitab. Melalui Roh Kudus maka Pengampunan dosa terjadi bagi mereka yang menyesal, percaya dan dibaptis. Misi harus menghargai latar balakang yang dilayani dengan kasih dan kepedulian yang kita sebut dialog. Kaun Injil kerkeyakinan bahwa Misi keluar langsung dari nature Allah Sendiri, lihat Yohanes 20:21,17: 18. Allah adalah Allah yang mengutus karena kasihNya -Yoh.3:16. Gereja diutus untuk hidup dalam dunia sebagai “Yang Diutus” dan “Diutus untuk Melayani”. Gereja adalah Servant Church. Stott mengkritik pola misi Injili yang hanya mengutamakan “saving souls”, kita harus memperhitungkan juga : kehidupan jasmani manusia, situasi konteksnya dan masyarakan dimana ia hidup.
Konggres Internasional terbesar dilaksanakan pada 11-20 Juli 1989, di Manila. Hadir disana : 3600 peserta dari lebih 173 negara. Ada 300 Pengamat , undangan dan pengunjung dari DGD, Vatikan, Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Rusia, semua hadiran berjumlah 4700.
Tema Agungnya ialah : “Beritakan Kristus sampai Ia dating (Proclaim Christ untuil He Comes). Sub Tema: “Memanggil Seluruh Gereja untuk memberitakan Seluruh Injil kepada Seluruh Dunia” (Calling the Whole Church to take the Whole Gospel to the Whole World). Injil yang merupakan Kabar Baik tentang Kerajaan Allah di mana dosa, penyakit dan penindasan bukan merupakan kata akhir. Karena itu di mana Yesus adalah Raja, Dia membawa pengampunan, penyembuhan dan pembebasan. Hasil Konferensi Manila diungkap dalam Manila Manifesto : “ The authentic Gospel must become visible in the transformed lives of men and women. As we proclaim the love of God we must be involved in loving service, as we preach the Kingdom of God we must be committed to its demands of justice and peace.” Ditugaskan kepada Gereja Gereja , yayasan Misi dan organisasi Misi untuk bekerja sama dalam Penginjilan dan pelayanan social, tidak mengadakan kompetisi dan pengulangan.
Tekanan kepada sikap rohani yang benar dalam pola hidup inkarnasi Kristus:
True Mission should always be incarnational. It necessitates entering humble into others people’s world, identifying with their social reality, their sorrow and suffering, and their stuggles for justice against oppressive powers. This cannot be done without personal sacrifices.” 
Oleh: Pdt. Victor Ehrhardt. Mth

Tidak ada komentar: