2.6.
MISI MENURUT PANDANGAN KAUM INJILI.
Menjadi
masalah dalam pemahaman Sejarag Gereja bilamana Kaum Injili
sebenarnya muncul. Ada yang menghubungkannya dengan Yesus dan Injil
yang Ia beritakan , Yesus dilihat sebagai orang Injili yang asli
dan murni. Ada juga yang mengjhubungkan dengan Lahirnya Gereja
Protestan pada masa Reformasi, ketika mereka kembali kepada hidup
Alkitab (Back to the Bible).Secara konsekwen tern “evangelical
berhubungan dengan orang-orang Kristen yang secara benar mempunyai
identifikasi dengan pergerakan Injili yang konserfatif. Ciri utama
yang dilihat dari mereka ialah : Percaya sepenuhnya kepada
kewibawaan Alkitab(Termasuk inerrancy-nya), pentingnya Iman pribadi
dan kelahiran baru, yang memberikan kekuatan kepada pentingnya
Pekabaran Injil Hanya dengan menyelidiki akar-akar sejarah dari
kegerakan Injili dan institusi-institusinya kita dapat
mengidentifikasi ketentuan umum diantara mereka yang memberikan
ikatan yang kokoh diantara mereka.
I.
The Evangelical Alliance, 1846.
Konperensi
ini diselenggarakan dengan kesadaran yang mendalam dan kerinduan
membentuk suatu Kofederasi, yang mempunyai dasar pada
prinsip-prinsip agung kaum Injili, yang dimiliki Gereja Kritus
dengan mengamalkan kasih persaudaraan, kerjasama Kristen, dan
menawarkan hal-hal yang mereka bersama yakini menjadi Tugas mereka
bersama, Konfederasi itu diberi nama : “The Evangelical Alliance.”
Untuk memelihara kebersamaan, mereka merumuskan ‘pengakuan iman
bersama mereka’ :
1. The divine inspiration, authority, and sufficiency of
the Holy Scripture.
2. The right an duty of private judgement in the
interpretation of the Holy Scripture.
3. The unity of the Godhead, and the Trinity of persons
therein.
4. The utterdepravity of human nature in consequence of
the fall.
5. The incarnation of the Son of God, His work of
atoment for the sins of mankind, and His mediatorial intercession and
reign.
6. The justification of sinner by faith alon.
7. The Work of the Holy Spirit in the conversion and
sanctification of the sinner.
8. Th immortality of the soul, the resurrection of the
body, the judgement of the world by our Lord Jesus Christ, with the
eternal blessedness of the righteous, and the eternal punishment of
the wicked.
9. The devine institution of the Christian ministry, and
the obligation and perpetuity of ordinances of Baptism and the Lord’s
Supper.
Pengakuan
iman ini bukan sesuatu yang resmi, tetapi suatu ungkapan kerinduan
untuk bersama mau bergabung sebagai kelompok Injili. Hal-ha lain
yang belum ditulis dalam pengungkapan kepercayaan diatas tidak
dianggap tidak penting!
Kegerakan
kepada persatuan di dalam Gereja Kristus nampak telah makin jelas
datang.
2.
The World Missionary Conference, 1910.
Konperensi
Misi Sedunia di Edinburgh, digerakan oleh utusan-utusan yang datang
dengan kesadaran pesatuan rohani dan kebutuhan bersama untuk kerja
sama yang lebih besar. Dari diskusi yang ada nampak bahwa kerja sama
sudah berjalan terutama di Tiongkok, kerinduan yang kuat agar hal
yang sedemikian lebih ditingkatkan.
John
Releigh Mott adalah Ketua Komisi Persiapan untuk Koperensi
Pekabaran Injil Sedunia di Edinburgh pada 1910. Ia menjadi tokoh
utama dalam persidangan ini dan banyak memimpin
persidangan-persidangan. Seletah Konperensi ini selesai dibantuklah
Komisi Penerus (Continuation Committee) yang dipimpin oleh Mott
hingga tahun 1920. Mott mempunyai kaitan yang erat dengan Dewan
Pekabaran Injil Internasional (International Missionary Council)
yang dibentuk pada tahun 1920. Mott menjadi ketua komite ini sampai
tahun 1942. Dalam kedudukannya sebagai ketua itu ia memberi dorongan
agar disetiap negara dibentuk Dewan Pekabaran Injil Nasional.
Dalam
Masa Perang Dunia ke-2, Mott bersama YMCA(Young Men Christian
Association) melayani pemuda-pemuda yang menjadi militer dan juga
melayani para tawanan perang. Ia mendapat medali kehormatan dari
Pemerintah USA karena palayanannya tersebut. Pada tahun 1948 Mott
mendapat Hadiah Nobel untuk Perdamaian.
Konperensi
Pekabaran Injil Sedunia di Edinburgh ini menjadi permulaan gerakan
penyatuan antara gereja-gereja Protestan. Walaupun akhirnya dari
sini muncul juga DGD, tetapi semangat bersama mula-mula berarah
kepada kegiatan Misi Injil bagi dunia. Usaha membuat persekuan dan
keseragaman Pengakuan Iman muncul dengan tujuan untuk sling
mendekatkan diri. Komisi Faith and Order(Iman dan Tata Gereja) mulai
pekerjaannya pada tahun 1920, mereka mengambil alih rumusan dari
YMCA(1955) yang membuka diri dengan mengundang keterlibatan semua
gereja : “yang menerima Yesus Kritus sebagai Allah dan
Juruselamat”. Ada dua kelompok gereja-geraja yang muncul yanitu :
bahwa Gereja merupakan himpunan orang yang dibawa “Alkitab”
masuk kedalamnya, atau “pengakuan iman” yang dirumuskan gereja
membawa orang masuk ke gereja. Nampaknya pada waktu itu kekuatan dan
semangat dalam tugas PI gereja lebih dominan.
3.
World Evangelical Fellowship (1951)
Kaum
Injil mengadakan konperensi Internasional di Woudschoten (5-11
Agustus 1951), dihadiri oleh 91 delegasi dari 21 negara. Dalam
Konperensi ini lahirlah “Persekutuan Injili Sedunia (World
Evangelical Fellowship).Mereka berasal dari USA , Eropa dan Asia.
Persekutuan Injil ini mempunyai akan didalam Aliansi Injili Sedunia
(World Evangelical Alliance-1846) dan Asosiasi Nasional Kaum Injili
(1942-USA)
Tujuan
kuat Konperensi ini ialah membendung “liberalisme Teologi” di
dalam Gereja. Mereka tidak mengusahakan “kesatuan” Gereja, tetapi
menampakkan “kesatuan yang sudah ada di dalam Kristus sebagai
TubuhNya”.
Perhatian
utama konperensi ini ialah :
1. Misi yang harus dilakukan WEF.
2. Kepercayaan dasar Gereja yang merupakan dasar Misi.
3. Kewibawaan dan Kesempurnaan Alkitab. Dan perincian
isi kepercayaan yang Alkitabiah..
Perhatian
kuat juga diarahkan kepada kebutuhan akan pembaruan rohani di dalam
Gereja, kerja sama dianatara Kaum Injili, dan memperkokoh dan
mempertahankan isi iman yang Alkitabiah. Hal-hal yang disoroti :
Penginjilan, Pelayanan Kristiani, Kebebasan Beragama, Kerjasama
Misioner, Leteratur Kriten, Diskusi Theologis, dan Medi Masa seperti
Radio dan Televisi.
Dalam
Buku : “Christianity in Today’s World”, Waldon Scotrt membagi
Kaum Injil ke dalam empat Kelompok besar :
1. Conservative Evangelicals, mereka yang bergabung
dalam WEF. Sebagian dari mereka masih mempunyai keanggotaan DGD.
2. Fundamentalistis.Mereka sama sekali tidak bergabung
dengan kelompok Kristen lain, hanya bersama, Kaum Injili.
3. Black Evangelicals. Semula hanya berpusat di USA,
tetapi kemudian beberapa Gereja dari Afrika bergabung dengan mereka.
4. Sebagian besar aliran Pentakosta menyebut dirinya
Injili (ada dari Karismatik yang tidak mengakui).
Kaum
Injili tidak berjumlah banyak, tetapi mereka mewarnai kehidupan
Kristen dengan kekudusan Perjanjian Baru, dan ketaatan mereka akan
Alkitab tidak memberikan tempat kepada corak iman yang besifat
relatifisme. Dalam era globalisasi dan pluralisme mereka tetap
mempunyai Injil yang “Jelas”.
Beberapa
kegiatan Kaum Injili yang memberi warna mereka dalam pelayanan
Internasional :
1. Wycliffe Bible Translation. Berdiri sejak 1934, untuk
melengkapi Misi Sedunia dengan terjemahan Alkitab.Pada 1985, m2r2
mempunyai 2500 misionaris yang akhli dalam penterjemahan Alkiatb.
Mereka talah menterjemahkan dalam 3300 bahasa dan dialek bahasa.
Pelayanan melalui Radio dan TV makin berkembang.
2. Kaum Injili berusaha mengembangakan Pertumbuhan
Gereja sesuai dengan dinamisasi Alkitab. Berbagai penelitian dan
pelayanan penginjilan dikerjakan bersama antara berbagai lembaga
gerejawi.
The Lausanne Committee for World Evangelization dan The
US Center of World Mission mendorong Gereja untuk melayani The
Unreached Peoples.
3. Misi Dunia ke-3. WEF menolong para misionaris dari
dunia ke-3, untuk bekerja sama secara efektif antara gereja dan
lembaga gerejani, yang pada tahun 1985
berjumlah 32.500 orang, dan terus mengalami pertumbuhan
pesat.
4. Komisi Sosial International yang berjuang untuk
kesejahteraan umat manusia.
lembaga- lembaga
Sosial Injili seperti :
Tear Fund, World Vision dan World Relief.
5. Keseimbangan antara Aksi Sosial dan Penginjilan
. Tanggung jawab sosial dan
Penginjilan mewujudkan pelayanan yang holistic,
seperti pelayanan Tuhan
Yang mencakup manusia seutuhnya.
6. Kerja sama Injili yang Internasional makin berkembang
dengan pesat. Penginjilan Billy Graham sangat menjadi
berkat bagi pelbagai daerah di bumi ini.
Pandangan Peserta Kaum Injili sedunia di Lausanne
tentang MISI terbagi menjadi tiga :
1. Sebagian peserta mempertahankan pemahaman tradisi
bercorak Fondamentalistis dengan berkeyakinan bahwa satu-satunya
Tugas Gereja adalag Penginjilan se Dunia.
2. Pandangan Kaum Injili yang Moderat ialah bahwa
Penginjilan dan Kepedulian Sosial merupakan tugas Gereja yang
seimbang, walaupun dalam prioritasnya Penginjilan yang Proklamatis
yang diutamakan.
3. Kelompol yang menamakan dirinya : “Radical
Discipleship”, menyetakan bahwa Penginjilan dan Tanggung-jawab
social merupalan Tugan Gereja, tanpa memprioritaskan salah satu.
Dalam Penulisan dan Ceramah nampak orang yang mewakili
ketiga kelompok sbb.
1. Donald McGavran(The Dimensions of World
Evaangelization) dan Peter Beyer haus (World Evangelization and
Kingdom of God)
2. John Stott (The Biblical Basis of Evangelism).
3. Rene Padilla (Evangelism in the World) , Samuel
Escobar(Evangelism and Man’s Search for Freedom, Justice and
Fulfillment) dan Howard Snyder (The Church and God’s Agent in
Evangelism).
John Stott adalah tokoj Injil yang sangat penting di
dalam merumuskan Penginjilan dan Misi, Penginjulan bukan Misi tetapi
merupakan suatu bagian yang hakiki dari Misi Gereja. Misi yang
mempunyai Penginjilan sebaga ujung tombaknya harus memberitakan Yesus
Kristus, yang telah mati dan bangkit untuk umat manusia sesuai dengan
seluruh Alkitab. Melalui Roh Kudus maka Pengampunan dosa terjadi
bagi mereka yang menyesal, percaya dan dibaptis. Misi harus
menghargai latar balakang yang dilayani dengan kasih dan kepedulian
yang kita sebut dialog. Kaun Injil kerkeyakinan bahwa Misi keluar
langsung dari nature Allah Sendiri, lihat Yohanes 20:21,17: 18. Allah
adalah Allah yang mengutus karena kasihNya -Yoh.3:16. Gereja diutus
untuk hidup dalam dunia sebagai “Yang Diutus” dan “Diutus untuk
Melayani”. Gereja adalah Servant Church. Stott mengkritik pola
misi Injili yang hanya mengutamakan “saving souls”, kita harus
memperhitungkan juga : kehidupan jasmani manusia, situasi konteksnya
dan masyarakan dimana ia hidup.
Konggres Internasional terbesar dilaksanakan pada 11-20
Juli 1989, di Manila. Hadir disana : 3600 peserta dari lebih 173
negara. Ada 300 Pengamat , undangan dan pengunjung dari DGD, Vatikan,
Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Rusia, semua hadiran berjumlah
4700.
Tema Agungnya ialah : “Beritakan Kristus sampai Ia
dating (Proclaim Christ untuil He Comes). Sub Tema: “Memanggil
Seluruh Gereja untuk memberitakan Seluruh Injil kepada Seluruh
Dunia” (Calling the Whole Church to take the Whole Gospel to the
Whole World). Injil yang merupakan Kabar Baik tentang Kerajaan Allah
di mana dosa, penyakit dan penindasan bukan merupakan kata akhir.
Karena itu di mana Yesus adalah Raja, Dia membawa pengampunan,
penyembuhan dan pembebasan. Hasil Konferensi Manila diungkap dalam
Manila Manifesto : “ The authentic Gospel must become visible in
the transformed lives of men and women. As we proclaim the love of
God we must be involved in loving service, as we preach the Kingdom
of God we must be committed to its demands of justice and peace.”
Ditugaskan kepada Gereja Gereja , yayasan Misi dan organisasi Misi
untuk bekerja sama dalam Penginjilan dan pelayanan social, tidak
mengadakan kompetisi dan pengulangan.
Tekanan kepada sikap rohani yang benar dalam pola hidup
inkarnasi Kristus:
“ True Mission should always be incarnational. It
necessitates entering humble into others people’s world,
identifying with their social reality, their sorrow and suffering,
and their stuggles for justice against oppressive powers. This cannot
be done without personal sacrifices.”
Oleh: Pdt. Victor Ehrhardt. Mth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar